Hanya Muslim Istimewa yang Merawat Orang Tuanya - Islam Solutif

Hanya Muslim Istimewa yang Merawat Orang Tuanya

Hanya Muslim Istimewa yang Merawat Orang Tuanya


Kemuliaan tertinggi setelah iman dan jihad adalah memuliakan serta merawat orang tua hingga akhir hayatnya. Seorang muslim yang tidak melakukan itu, Sohib Solutif, hidupnya niscaya jauh dari keberkahan.

Lihat saja. Dulu sewaktu kecil, kita akan menangis kalau orang tua tidak menggendong kita. Ketika orang tua keluar rumah, kita merengek minta diajak. Seiring bertambahnya usia, kita memiliki penghasilan sendiri, menikah, lalu bisa mandiri seutuhnya.

Kita tidak lagi bergantung dan membutuhkan orang tua. Justru orang tualah yang membutuhkan kita. Makin tua, fisik beliau makin lemah. Makin besar kebergantungan dan rasa butuh kepada anaknya. Pertanyaannya, mana balas budi kita bila tega menelantarkan beliau?

Islam Menyuruh Kita Merawat Orang Tua

Sewaktu muda, kita mungkin sering menyakiti perasaan orang tua. Namun, barangkali itu hanya ketidaksengajaan karena pikiran kita masih kekanak-kanakan dan belum sempurna. Orang tua, saat itu pun masih muda, sehingga tidak akan terlalu terbawa perasaan. Mereka bisa mencari hiburan untuk mengobati sakit hatinya. Tidak ada masalah!

Namun ketika kita sudah tumbuh dewasa dan pemikiran kita berkembang sempurna, justru orang tua mengalami penurunan. Kondisi tubuh mereka makin lemah, pemikirannya tidak setajam dulu, dan sering sakit-sakitan. Banyak perubahan negatif yang terjadi, seperti:
  • Penglihatan dan pendengaran berkurang
  • Jantung menjadi agak membesar
  • Dinding pembuluh darah arteri menebal
  • Penggunaan oksigen secara maksimal menurun
  • Kapasitas pernapasan maksimal melemah
  • Tekanan darah meningkat
  • Massa otot serta daya genggam tangan menurun
  • Otak mengalami kemunduran serta kerusakan sel-sel saraf
  • Daya tampung kandung kemih melemah sehingga makin sering kencing (bahkan terkadang mengompol)
  • Ginjal berkurang efisiensinya dalam membuang limbah dari darah.
Belum lagi penurunan aspek nonfisik, seperti mental juang, daya ingat, dan kemampuan berpikir positif. Maka saat itu, kita jelas berdosa sekali bila sampai menyakiti hati beliau, atau dalam Alquran disebut, berkata “uffin” (“ah!”).
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيماً

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al- Isra’ [17]: 23).
Muslim yang tidak memuliakan orang tuanya tidak berhak atas kemuliaan. Sebaliknya, kehinaan demi kehinaan akan selalu menghampiri hidupnya, di dunia maupun akhirat.

Sebuah Hadis menyebutkan, “Sungguh hina, sungguh hina, kemudian sungguh hina, orang yang mendapatkan salah seorang atau kedua orang tuanya lanjut usia di sisinya (semasa hidupnya), tetapi ia (orang tuanya) tidak memasukkannya ke surga.” (HR. Ahmad).

Bagaimana bisa orang tua tidak memasukkan kita ke surga? Bisa jadi karena semasa hidupnya, kita terlalu sering mengecewakan beliau.

Sohib Solutif, kita ini lahir karena upaya dan biaya orang tua. Kita tumbuh dewasa dan pintar juga karena pengorbanan orang tua. Mulia sekali kedudukan orang tua kita. Sampai-sampai, di ayat yang lain, Allah memerintahkan kita untuk bersyukur kepada kedua orang tua setelah bersyukur kepada-Nya.
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْناً عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

“Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman [31]: 14).
Suatu ketika, seorang sahabat bernama Jahimah pernah datang kepada Rasulullah dan berkata, “Ya Rasulullah, aku ingin ikut perang dan aku datang kepadamu untuk meminta saran.”

Nabi Muhammad pun bertanya, “Apakah kamu masih mempunyai ibu?”

“Ya, masih,” jawabnya.

Maka beliau bersabda, “Kalau begitu, temani beliau, karena surga itu terletak di kedua kakinya.” (HR. Ahmad).


Bagaimana Merawat Orang Tua

Merawat orang tua itu jauh lebih sulit daripada merawat anak. Kalau membesarkan anak, kita masih mendapat dua hiburan. Pertama, anak kecil fitrahnya lucu dan menggemaskan, sehingga kita pasti betah. Kedua, ada harapan bahwa anak ini kelak akan tumbuh cerdas, kuat, dan membanggakan orang tuanya.


Kedua faktor penghibur itulah yang tidak akan kita jumpai dalam merawat orang yang sudah sepuh. Alih-alih lucu, orang tua kita sudah keriput. Alih-alih bertambah cerdas, bisa jadi orang tua semakin lama semakin pikun.

Jadi, memang hanya orang istimewalah yang mampu merawat orang tuanya. Istimewa sekali kedudukan muslim seperti ini di mata Allah! Berita baiknya, keistimewaan tersebut bisa dipelajari dan dilakukan sambil jalan. Tidak terlalu sulit. Intinya, merawat orang tua itu hanya soal…
  1. Mencari rida Allah. Tidak usah ada pamrih atau pamer ke orang lain. Biarlah Allah yang membalas perbuatan birrul walidain kita ini. Kalau kita ikhlas, insyaallah pekerjaan yang berat pun akan terasa ringan.
  2. Mencukupi kebutuhan jiwanya. Misalnya, bersenda gurau dengan orang tua, mengajak anak kita akrab bermain dengan kakek-neneknya, mengajak mereka berlibur, dan sebagainya. Selalu bicara lembut dan bersikap hangat untuk membuat orang tua nyaman serta bahagia. Kalau belum mampu melakukan itu, setidaknya jangan pernah membuat mereka takut, was-was, sedih, murka, apalagi sampai menangis.
  3. Memenuhi kebutuhan fisiknya. Sebisa mungkin, uruslah makanan, pakaian, keperluan tidur, mandi, salat, dan pengobatan mereka. Temani juga mereka secara fisik. Sebisa mungkin, antar sendiri mereka ketika ada hajat (jangan cuma dipanggilkan ojek), sopiri ke masjid untuk ibadah Jumat, jalan kaki bersama, duduk bareng menonton berita, mengobrol tentang topik-topik teraktual, dan lain-lain.
  4. Mendengarkan. Meski terkesan remeh, keluhan dan curahan hati orang tua wajib kita dengarkan. Sebab, hajat yang orang tua utarakan kepada anaknya biasanya jauh lebih sedikit daripada yang hajat sebenarnya yang beliau simpan di hati. Dengarkan secara aktif, orang tua ingin apa, berharap apa, atau sedang ada keluhan sakit apa. Jika memungkinkan, penuhilah aspirasi tersebut. Jika belum memungkinkan, ajaklah berbicara, dan carikan solusi alternatifnya. Tetapi untuk keluhan sakit atau kesehatan, sudah pasti itu perlu penanganan segera.
  5. Mengingatkan. Jika orang tua lupa salat atau mengaji, ingatkan. Jika masih merokok, ajaklah untuk berhenti. Jika masih gandrung mendengar lagu-lagu, sodorkan lantunan Alquran sebagai alternatif. Jika masih gemar menonton sinetron, ajak datang ke kajian-kajian Sunnah. Jika masih memiliki deposito, reksadana, atau main valas, ajak untuk memindahkan uangnya ke aset yang nonribawi seperti emas, tanah, atau sekalian berbisnis yang riil dan halal. Jika beliau belum menerima? Jangan memaksa. Lakukan pelan-pelan saja, sambil terus berdoa.
  6. Mendoakan. Bersyukurlah bila orang tua kita muslim, karena kita selalu bisa mendoakannya dan doanya sampai. Maka jangan putus berdoa untuk orang tua. Sebab, beliau mengandalkan doa-doa ini, baik untuk kebaikannya di dunia maupun tambahan amalnya di akhirat.
Jika perkara merawat dan memuliakan orang tua ini terasa berat, ingatlah, Sohib Solutif, bahwa kita semua juga akan tua renta (kecuali bila Allah tidak memanggil kita duluan). Perlakukan orang tua sebagaimana kita ingin diperlakukan anak-anak kita di masa senja kita kelak.

- Penulis: Karina
Please write your comments